Pages

Subscribe:

Jumat, 07 Desember 2012

MULTIMETER


Multimeter

Multimeter adalah sebuah alat elektronik yang dapat digunakan untuk mengatur listrik dan PLN. Ada dua kategori multimeter: multimeter digital atau DMM (digital multi-meter)(untuk yang baru dan lebih akurat hasil pengukurannya), dan multimeter analog. Masing-masing kategori dapat mengukur listrik AC, maupun listrik DC.
Dalam pengukuran dasar besaran-besaran listrik  yang meliputi  pengukuran 3 besaran dasar yaitu hambatan yang dinyatakan dengan satuan Ohm, tegangan yang dinyatakan dengan satuan Volt, dan kuat arus listrik yang dinyatakan dengan Ampere.
Multimeter dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Multimeter Analog   
Multimeter analogatau yang biasa disebut multimeter jarum adalah alat pengukur besaran listrik yang menggunakan tampilan dengan jarum yang bergerak ke range-range yang kita ukur dengan probe . Multimeter ini tersedia dengan kemampuan untuk mengukur hambatan ohm, tegangan (Volt) dan arus (mA). Analog tidak digunakan untuk mengukur secara detail suatu besaran nilai komponen, tetapi kebanyakan hanya digunakan untuk baik atau jeleknya komponen pada waktu pengukuran atau juga digunakan untuk memeriksa suatu rangkaian apakah sudah tersambung dengan baik sesuai dengan rangkaian blok yang ada.

 Multimeter analog

 2. Multimeter Digital
Multimeter digital hampir sama fungsinya dengan multimeter analog tetapi multimeter digital menggunakan tampilan angka digital. Multimeter digital pembacaan pengukuran besaran listrik yang lebih tepat jika dibanding dengan multimeter analog, sehingga multimeter digital dikhususkan untuk mengukur suatu besaran nilai tertentu dari sebuah komponen secara mendetail sesuai dengan besaran yang diinginkan.
 Multimeter digital



Bagian Bagian Multimeter:

  • Papan Skala : digunakan untuk membaca hasil pengukuran. Pada papan skala terdapat skala-skala; tahanan/resistan (resistance) dalam satuan Ohm (Ω), tegangan (ACV dan DCV), kuat arus (DCmA), dan skala-skala lainnya.

  • Saklar Jangkauan Ukur : digunakan untuk menentukan posisi kerja  multimeter, dan batas ukur (range). Jika digunakan untuk mengukur nilai satuan tahanan (dalam W), saklar ditempatkan pada posisi W, demikian juga jika digunakan untuk mengukur tegangan (ACV-DCV), dan kuat arus (mA-mA). Satu hal yang perlu diingat, dalam mengukur tegangan listrik, posisi saklar harus berada pada batas ukur yang lebih tinggi dari tegangan yang akan diukur. Misal, tegangan yang akan diukur 220 ACV, saklar harus berada pada posisi batas ukur 250 ACV. Demikian juga jika hendak mengukur DCV.

  • Sekrup Pengatur Posisi Jarum (preset) : digunakan untuk menera jarum penunjuk pada angka nol (sebelah kiri papan skala).

  • Tombol Pengatur Jarum Pada Posisi Nol (Zero Adjustment) : digunakan untuk menera jarum penunjuk pada angka nol sebelum  multimeter  digunakan untuk mengukur nilai tahanan/resistan. Dalam praktek, kedua ujung kabel penyidik (probes) dipertemukan, tombol diputar untuk memosisikan jarum pada angka nol.

  • Lubang Kabel Penyidik : tempat untuk menghubungkan kabel penyidik dengan Multimeter. Ditandai dengan tanda (+) atau out dan (-) atau common. Pada  multimeter  yang lebih lengkap terdapat juga lubang untuk mengukur hfe transistor (penguatan arus searah/DCmA oleh transistor berdasarkan fungsi dan jenisnya), dan lubang untuk mengukur kapasitas kapasitor.

Selain dua multimeter yang telah disebutkan diatas, telah ada perkembangan pada produk multimeter ini yang disebut multimeter clamp. Berikut penjelasannya.

Di bidang teknik listrik dan elektronik, multimeter clamp atau multimeter jepit adalah perangkat listrik memiliki dua rahang yang terbuka untuk memungkinkan menjepit di sekitar konduktor listrik. Hal ini memungkinkan sifat-sifat arus listrik dalam konduktor yang akan diukur, tanpa harus melakukan kontak fisik dengan konduktor listrik, atau untuk memutuskan untuk penyisipan melalui probe.

Klem saat ini biasanya digunakan untuk membaca besarnya sebuah sinusoidal saat ini (selalu digunakan dalam arus bolak-balik sistem tenaga (AC) distribusi), tetapi dalam kaitannya dengan instrumentasi canggih lebih fase dan gelombang yang tersedia. Arus bolak-balik yang sangat tinggi (1000 A dan lebih) yang mudah dibaca dengan meteran yang sesuai; arus langsung , dan sangat rendah arus AC (milliamperes) lebih sulit untuk diukur.


Transistor
Cara Membaca Nilai Transistor
Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Di artikel ini saya akan menulis tentang bagaimana cara membaca nilai transistor, barangkali bagi rekan yang dulunya sempat duduk di bangku SMK / STM hal ini tidak begitu masalah bukan…? tapi sayangnya pada kenyataannya banyak sekali lulusan2 SMK saat ini khususnya jurusan Elektro baik itu listrik ataupun Elektronika benar benar buta dalam membaca resistor, seperti yang saya alami sendiri sewaktu lulus pendidikan SMK hanya segelintir siswa saja yang bisa membaca nilai pada badan resistor.
Hal ini tentu saja sangat disayangkan, padahal hampir 90% komponen pada perangkat elektronika adalah resistor, maka mengetahui nilai resistor adalah harus jika anda mau serius dalam bidang teknik khususnya Elektro.
Lanjut ya,…sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon .Dari hukum Ohms diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melaluinya. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan dengan simbol (Omega).
Tipe resistor yang umum adalah berbentuk tabung dengan dua kaki tembaga di kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk gelang kode warna untuk memudahkan pemakai mengenali besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan Ohmmeter.
Kode warna tersebut adalah standar manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries Association) seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut. Menurut saya untuk seorang teknisi service mengetahui cara membaca nilai pada resistor adalah wajib.
Langsung saja, berikut adalah tabel warna resistor, lengkap dengan cara pembacaan pada masing masing jumlah gelang warna :

Resistansi dibaca dari warna gelang yang paling depan ke arah gelang toleransi berwarna coklat,merah, emas atau perak. Biasanya warna gelang toleransi ini berada pada badan resistor yang paling pojok atau juga dengan lebar yang lebih menonjol, sedangkan warna gelang yang pertama agak sedikit ke dalam.
Dengan demikian pemakai sudah langsung mengetahui berapa toleransi dari resistor tersebut. Kalau anda telah bisa menentukan mana gelang yang pertama selanjutnya adalah membaca nilai resistansinya.
Jumlah gelang yang melingkar pada resistor umumnya sesuai dengan besar toleransinya. Biasanya resistor dengan toleransi 5%, 10% atau 20%memiliki 3 gelang (tidak termasuk gelang toleransi).
Tetapi resistor dengan toleransi 1% atau 2%(toleransi kecil) memiliki 4 gelang (tidak termasuk gelang toleransi).
Gelang pertama dan seterusnya berturut-turut menunjukkan besar nilai satuan, dan gelang terakhir adalah faktor pengalinya. Misalnya resistor dengan gelang kuning, violet, merah dan emas. Gelang berwarna emas adalah gelang toleransi.
Dengan demikian urutan warna gelang resitor ini adalah, gelang pertama berwarna kuning, gelang kedua berwana violet dan gelang ke tiga berwarna merah. Gelang ke empat tentu saja yang berwarna emas dan ini adalah gelang toleransi. Dari tabel-1 diketahui jika gelang toleransi berwarna emas, berarti resitor ini memiliki toleransi 5%. Nilai resistansisnya dihitung sesuai dengan urutan warnanya.
Pertama yang dilakukan adalah menentukan nilai satuan dari resistor ini. Karena resitor ini resistor 5% (yang biasanya memiliki tiga gelang selain gelang toleransi), maka nilai satuannya ditentukan oleh gelang pertama dan gelang kedua.
Masih dari tabel-1 diketahui gelang merah nilainya = 2 dan gelang hijau nilainya = 5. Jadi gelang pertama dan kedua atau kuning dan violet berurutan, nilai satuannya adalah 25.
Gelang ketiga adalah faktor pengali, dan jika warna gelangnya orange berarti faktor pengalinya adalah 1000. Sehingga dengan ini diketahui nilai resistansi resistor tersebut adalah nilai satuan x faktor pengali atau 25 x 1000 = 25K Ohm dan toleransinya adalah 5%. Spesifikasi lain yang perlu diperhatikan dalam memilih resitor pada suatu rancangan selain besar resistansi adalah besar watt-nya. Karena resistor bekerja dengan dialiri arus listrik, maka akan terjadi disipasi daya berupa panas sebesar W=I2R watt.
Semakin besar ukuran fisik suatu resistor bisa menunjukkan semakin besar kemampuan disipasi daya resistor tersebut. Umumnya di pasar tersedia ukuran 1/8, 1/4, 1, 2, 5, 10 dan 20 watt. Resistor yang memiliki disipasi daya 5, 10 dan 20 watt umumnya berbentuk kubik memanjang persegi empat berwarna putih, namun ada juga yang berbentuk silinder.
Tetapi biasanya untuk resistor ukuran jumbo ini nilai resistansi dicetak langsung dibadannya, misalnya 100 5W yang berarti 100 Ohm 5Watt atau ada juga seperti 1k2 5W 1200 Ohm 5Watt, cukup mudah bukan. Semoga artikel tentang cara membaca nilai transistor ini bisa bermanfaat.
Cara Kerja Multimeter
Umumnya sebuah multimeter elektronik mengandung elemen-elemen berikut :
§ Penguat dc jembatan setimbang (balanced bridge dc amplifier) dan alat pencatat.
§ Pelemah masukan atau saklar rangkuman (RANGE), guna membatasi tegangan masukkan pada nilai yang diinginkan.
§ Rangkaian penyearah, untuk mengubah tegangan masukkan ac ke dc yang sebanding.
§ Batere internal dan rangkaian tambahan, guna melengkapi kemampuan pengukuran tahanan.
§ Saklar fungsi (FUNGSI), untuk memilih berbagai fungsi pengukuran dari instrument tersebut.
Ada dua kategori multimeter: multimeter digital atau DMM (digital multi-meter)(untuk yang baru dan lebih akurat hasil pengukurannya), dan multimeter analog.

Adapun cara menggunakan multitester ini ialah sebagai berikut :
a. Jika saklar menunjuk pada ohm meter dapat digunakan mengukur: Transistor, Tahanan, Potensiometer, VR (Variabel Resistor), Kondensator, LS, Kumparan, MF dan trafo, mengukur Kabel, dsb.
b. Jika saklar menunjuk pada DC Volt (dcv) dapat digunakan mengukur :
– Arus dalam suatu rangkaian (arus dc)
– Mengukur (menguji) accu atau batere
c. Jika saklar menunjuk pada AC Volt (acv) dapat dipakai untuk mengukur kuat tegangan AC, ada dan tidaknya arus listrik.
d. Jika saklar menunjuk pada DC ampere dapat dipakai untuk mengukur berapa banyak ampere pada accu maupun batere atau catu daya (adaptor).



1 komentar: